refleksi motivasi menjadi guru "significant others"
Assalamu'alaikum teman-teman. Sekarang saya akan menceritakan orang-orang yang sudah mempengaruhi saya untuk menjadi guru yang hebat. Selain keluarga tentunya ada orang lain juga yaa. Keluarga saya yang saya sebutkan disini hanya orang tua saya, tetapi kakak-kakak saya juga ambil bagian dalam perjuangan saya untuk menjadi seorang guru. Ini adalah cerita sayaa. Semoga bisa bermanfaat dan bisa memotivasi teman-teman.. Silahkan di baca ya :-)
PUJAAN HATIKU
By
: Siti Musthoriyah (Ria)
Menjadi
GURU?? Impian itu muncul ketika saya duduk di bangku SD tepatnya kelas 5. Setiap ditanya bu guru “Apa cita-cita mu?” Saya
menjawabnya ”cita-cita saya ingin menjadi guru”. Saat itu, saya belum mengerti
tanggung jawab seorang guru. Saya sering
menjadi sekertaris kelas. Sehingga ketika ada guru yang tidak bisa hadir, saya
diminta untuk menuliskan materi di papan tulis. Kesempatan itu saya gunakan
untuk bergaya layaknya seorang guru. Karena saya sedikit lebay, jadi
saya seperti tidak malu untuk ber-acting menjadi seorang guru.
Impian
menjadi guru mapel Bahasa Inggris bermula ketika duduk di bangku SMP. Saya
bertemu dengan Mrs Ella guru Bahasa Inggris yang pintar dalam menyampaikan
materi kepada muridnya, termasuk saya. Sejak saat itu saya mulai tertarik
dengan Bahasa Inggris. Karena keinginan saya menjadi seorang guru, maka salah
satu syarat yang harus dipenuhi setelah lulus SMA adalah menempuh Pendidikan
Tinggi (S1). Sampai saat ini saya masih belum percaya kalau saya sudah mendapat
gelar S.Pd. Perjuangan orang tua membiayai kuliah sampai saya lulus benar-benar
luar biasa. Awalnya ibu saya ragu apakah bisa membiayai kuliah saya selama 4
tahun, karena selama ini orang tua hanya membiayai kuliah kedua kakak saya di Pendidikan
Tinggi tingkat (D1). But, you did it mom! You did it! Muaahhh J
Orang
tua saya bukanlah seorang guru. Mereka adalah petani di Desa. Tetapi, mereka
selalu mendukung cita-cita anaknya. Apalagi bapak sangat ingin anaknya menjadi
seorang guru. Ketika saya menceritakan keinginan untuk kuliah di jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris beliau sangat mendukungnya. Setelah mengikuti
berbagai macam tes seleksi, alhamdulilah Allah memberi saya kesempatan
untuk menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Selama pendidikan,
saya tinggal di PonPes. Awalnya memang paksaan dari bapak untuk tinggal di
PonPes supaya ada yang mengawasi dan tidak terlalu bebas. Disamping itu, biaya
tinggal di PonPes lebih murah dari pada di kos, padahal banyak kegiatan dan ilmu
yang saya dapatkan. Dari terpaksa menjadi biasa dan akhirnya terbiasa. Saya
terbiasa bangun pagi, berbagi tempat tidur, makanan dan pakaian (hehe) dengan
teman-teman di PonPes. Empat tahun saya lalui dengan penuh perjuangan. Saya
sangat beruntung bisa mendapat job les private. Sehingga bisa sedikit
membantu memenuhi kebutuhan di PonPes.
Ketika
liburan, bapak menjemput dan mengantar saya kembali ke PonPes. Pulang pergi Boyolali-Solo
untuk bapak yang sudah tua sebenarnya terasa lelah. Tapi beliau tidak pernah
menunjukkannya. Beliau tidak pernah mengeluh dan selalu menghadapi masalah
dengan tenang. Semester 1-4 saya mendapatkan beasiswa, jadi orang tua tidak
perlu membayar uang semester. Tapi ketika sudah masuk semester 5, saya mulai
meminta mereka untuk membayar uang semester. Mereka selalu mengusahakan untuk
mendapatkan uang tersebut. Setelah lulus, saya mulai bekerja di Bimbel. Saya
mengajar Bahasa Inggris tingkat SD-SMA. Saya merasakan kebahagiaan ketika
berbagi ilmu, melihat perubahan raut wajah murid dari yang tidak mengerti
sebelumnya, kemudian menjadi raut wajah bahagia “ahaaa! Saya sudah mengerti
miss”. Mereka menghormati saya, ketika ada yang tidak sopan dengan saya,
ada yang menegur “eh, yang sopan sama
miss Ria!”, memberi hadiah, mempercayai saya untuk menjadi teman curhat, bahkan
senyum mereka membuat hati saya bahagia. Saya merasa bangga kepada diri saya
karena bisa bermanfaat untuk orang lain.
6
bulan saya mengajar tiba-tiba muncul rasa bosan. Saya berhadapan dengan
berbagai macam karakter murid. Terkadang ada hal yang tidak bisa saya toleransi
sehingga saya merasa sakit hati. Disamping itu saya juga memikirkan mengenai
gaji yang saya dapatkan, dari gaji tersebut saya merasa kurang membanggakan
orang tua, karena belum bisa memberi apa-apa untuk mereka seperti yang sudah
kakak-kakak saya lakukan. Ketika saya bercerita kepada bapak bahwa saya sudah
tidak ingin menjadi guru dan ingin bekerja di perusahaan, bapak menolak dengan
tegas. Beliau tidak mengizinkan. Bapak terus memberikan masukan, nasehat dan
pengertian supaya saya tetap lanjut menjadi guru. Beliau selalu bilang “ketika
kamu menjadi guru, tidak hanya uang yang didapatkan, tapi kamu juga bisa
mendapatkan pahala untuk tabungan di akhirat nanti”.
Ketika
saya mendapatkan info bahwa ada pendaftaran PPG yang disubsidi pemerintah,
bapak langsung meminta saya untuk mendaftar. Setelah melalui 3 tahap uji
seleksi, alhamdulilah Allah kembali memberi kesempatan kepada saya untuk
mengikuti PPG Prajabatan Bersubsidi dimana biaya pendidikan di tanggung oleh
pemerintah. Berat rasanya untuk melanjutkannya. Karena saya memikirkan biaya
hidup di Yogyakarta. Tetapi ketika saya memberitahu hasil pengumuman, tanpa
ragu bapak bilang “Lanjutkan!” dan ibu bilang “iya selama bapak bilang sanggup
ya dilanjutkan, ibu juga bantu beri saku”. Saya kaget ketika mereka mengizinkan
untuk lanjut, padahal adik saya yang baru lulus SMK juga sedang mendaftar di
Perguruan Tinggi. Biaya yang dikeluarkan pasti banyak, bagaiman jika nanti saya
hanya menjadi beban?.
Ketika orang tua begitu semangat mendukungku menjadi
seorang guru, kenapa saya malah putus semangat? Kenapa saya menyerah? Padahal mereka
tidak pernah menyerah untuk bekerja keras demi mendukungku meraih cita-cita.
PPG juga menyadarkan saya bagaimana menjadi guru professional dan bertanggung
jawab. Karena guru mempunyai peran penting dalam membentuk generasi cerdas
tahun 2045. Seperti kata dosen saya Mr. Markus bahwa setiap orang mempunyai
perjuangan masing-masing. Jadi apalagi yang harus saya lakukan selain belajar, belajar
dan terus belajar? Semua demi pujaan hatiku (Bapak dan Ibu). Love you so much. :-*
Thank you.
Yups semangat semangat semangat.........
ReplyDelete